PROFIL IBN KHALDUN DAN KITAB MUQADDIMAHNYA
A.
Riwayat
Hidup Ibn Khaldun
Nama
lengkap beliau adalah Abdurrahman Abu Zaid Waliuddin bin Muhammad bin Muhammad
bin Hasan bin Muhammad bin Jabir bin Muhammad bin Ibrahim bin Abdirrahman bin
Khalid bin Utsman. Nama aslinya ialah Abdurrahman, dan nama keluarganya Abu
Zaid, yang bergelar Waliuddin.
Ali
Abdul Wahid Wafi’ membagi sejarah kehidupan beliau dalam empat fase, yaitu:
1.
Fase
perkembangan dan menuntut ilmu (732-751 H / 1332-1350 M)
Beliau dilahirkan di Tunisia pada awal Ramadhan 732 H (27 Mei 1332
M). Rumahnya terletak di salah stu jalan protokol sebuah kota tua yang dikenal
dengan nama Jalan Turbatul Bay. Ibnu Khaldun berasal dari keluarga yang
terkemuka garis keturunan dari pihak ayahnya, kecuali ayahnya yang lebih intens
di bidang pendidikan merupakan ahli dalam bidang politik. Oleh karena itu, guru
pertama Ibn Khaldun adalah
ayahnya sendiri.
ayahnya sendiri.
Ibn Khaldun mendapat pendidikan pertamanya dengan menghafal
Al-Qur’an, belajar ilmu tajwidnya, memperdalam Qira’at Sab’ah dan Qira’at
Y’qub. Ibn Khaldun juga belajar tentang dasar-dasar ilmu bahasa Arab,
kesusastraan dan gramatika, lalu mendalami ilmu ushul fiqh dan fiqh dari Mazhab
Maliki, kemudian Ilmu Tafsir dan Hadits serta mendalami filsafat dan logika
(mantiq). Selain itu beliau juga memperoleh ilmu kalam dari mazhab
al-‘Asy’ariyah.
Beliau mempunyai guru yang sangat banyak. Di antara yang mempunyai
pengaruh besar dalam bidang keilmuan yang digelutinya, baik dari segi hukum,
bahasa dan hikmah adalah Abu Muhaimin Ibn Abdul Muhaimin al-Hadhramy, yaitu
imam para ahli hadits dan nahwu di Maroko dan Abu Abdillah Muhammad Ibn Ibrahim
al-Abily.
2.
Fase
politik dan kiprahnya dalam bidang pemerintahan di Maroko dan Andalusia
(751-776 H/ 1351-1374 M)
Musibah wabah penyakit tha’un yang mengakibatkan kematian kedua
orang tuanya telah memaksa Ibn Khaldun untuk bekerja dengan memilih terjun ke
bidang politik dan pemerintahan, sebagaimana yang dilakukan oleh nenek
moyangnya. Sejumlah jabatan penting pernah beliau duduki seperti menjadi
sekretaris atau penulis cap kekuasaan. Tugas ini berlangsung pada tahun 751 H
(1350 M), di bawah pemerintahan Sultan Fadl dengan perdana mentri Abu Muhammad
Ibn Tafrakin dari Dinasti Hafsi di Mroko Bawah. Dan ketika beliau pindah ke
Baskarah beliau mendapat kepercayaan penguasa ketka itu, yaitu Sultan Abu Anan,
yang saat itu berada di Tilmisan sebagai ibukota Maroko Tengah.
3.
Fase
menulis (776-784 H/ 1374-1382)
Ibn Khaldun diizinkan oleh Sultan Abu Hammu untuk tinggal di
benteng Ibn Salamah guna berkonsentrasi membaca dan menulis. Beliau tinggal
bersama keluarganya di tempat itu selama empat tahun. Di sinilah beliau mulai
menulis tentang sejarah yang kemudian terkenal, yaitu Kitab al-‘Ibrar
yang kemudian lebih dikenal dengan nama Kitab Ibn Khaldun. Tulisan ini
berangkat dari penelitiannya terhadap perkembangan sosial yang dihadapi dan
digelutinya beberapa tahun terakhir. Yaitu ketika beliau berumur sekitar 45
tahun.
4.
Fase
tugasnya dalam bidang pengajaran dan pengadilan di Mesir (784-808/ 1382-1406 M)
Pada masa itu al-Azhar telah menjadi universitas terkemuka di
Kairo. Ibn Khaldun mengadakan kuliah dalam bentuk halaqah yang boleh dihadiri
oleh siapa saja. Di sini beliau memberikan kuliah dalam mata kuliah hadits,
fikih Maliki, dan juga menerangkan teori-teori kemasyarakatan yang telah beliau
tulis dam muqaddimahnya. Karena kecerdasan akal, kecemerlangan ide serta mampu
beretorika dengan baik, banyak penyampaiannya mendapat hati dari pendengarnya
termasuk ulama setempat. Di antara ulama yang berkumpul di Mesir tersebut,
terdapat ulama besar terkenal, antara lain Ibn Hajar Al-Atsqalani dan Tqiyuddin
al-Maqrizi.
Pada tanggal 25 Muharram 786 H, Ibn Khaldun ditunjuk oleh Raja
al-Dzariq al-Barquq untuk menjadi dosen dalam ilmu Fiqkih Maliki di Madrasah
al-Qamhiyah.
Pada tanggal 19 Jumadil Awal 786 H, beliau diangkat menjadi hakim
oleh Sultan sebagai ganti dari Jamaluddin Abdurrahman bin Sulaiman bin Khair
al-Maliki. Ibn khaldun pun menunjukkan reputasinya yang gemilang dengan
bertindak tegas dan berani dalam mengambil keputusan. Setelah setahun menjabat
beliau berhenti karena musibah yang menimpa keluarganya. Tapi pada pertengahan
kedua tahun 801 H, Ibn Khaldun dipilih kembali menjadi Ketua Pengadilan
Malikiah, setelah 14 tahun absen. Meskipun pada tahun itu Sultan Barquq wafat,
tetapi putranya an-Nashir Faraj tetap mengangkat Ibn Khaldun sebagai Hakim.
B.
Setting
Sosial Masyarakat
Ibn Khaldun diceritakan sempat berdiplomasi dengan Timur Lenk
secara langsung di luar dinding kota Damaskus pada tahun 1401. Beliau mampu
mewarnai perkembangan intelektual Muslim yang tidak tertandingi di masanya.
C.
Karya
Intelektual Ibn Khaldun
Karya beliau adalah al-‘Ibar yang beliau tulis selama empat tahun,
yaitu dari akhir 776 H hingga selesai akhir 780 H. Kitab ini terdiri atas tujuh
jilid, jilid pertama dikenal dengan nama jitab Muqaddimah yang berisikan
pembahasan tentang gejala-gejala sosial. Sedangkan enam jilid lainnya berisi
tentang sejarah dan alam semesta.
Selain itu beliau juga memiliki karya yang lain, diantaranya:
1.
At-Ta’rif
bi Ibn Khaldun wa Rihlatuhu Gharban wa Syarqan
2.
Aya
Shopia dan Ahmad al-Tsalits
D.
Kandungan
Kitab Muqaddimah
Dalam
Bab Pertama, beliau membahas tentang masyarakat manusia pada umumnya, bab ini
meliputi enam prolog. Bab kedua membahas tentang masyarakat pengembara, suku
yangberpindah-pindah (Badui), dan golongan manusia luar serta kondisi-kondisi
kehidupan mereka, lalu beberapa keterangan dasar dan kata pengantar. Bab
ketiga, merupakan kelanjutan dari bab sebelumnyayang membahas mengenai negara-negara
secara umum. Bab keempat, memaparkan tentang pertumbuhan kota, desa dan
tempat-tempat berkumpul manusia. Bab kelima, membicarakan tentang
penghidupandengan segala seginya, mata pencahariannya, produksi, serta
yangberhubungan dengannya. Sedangkan pada Bab keenam membicarakan berbagai
cabang ilmu pengetahuan.
BAB
3 PEMIKIRAN IBN KHALDUN TENTANG PENDIDIKAN ISLAM
Pokok-pokok Pikiran Ibn Khaldun tentang Pendidikan Islam dalam
Muqaddimah
1.
Hakikat
Manusia
a.
Manusia
sebagai makhluk berpikir
Ada
tiga tingkatan berjenjang yang distingtif dalam proses brfikir, yaitu:
1)
Al-‘Aql
al-tamyiziy (akal pemilah)
2)
Al-‘Aql
al-tajribiy (akal eksperimental)
3)
Al-‘Aql
al-nazhariy (akal kritis/ spekulatif)
b.
Manusia
sebagai makhluk berkepribadian utuh ditempuh melalui tiga pendekatan, yaitu:
1)
Kondisi
jasad
2)
Kondisi
jiwa
3)
Kondisi
keduanya
c.
Manusia
sebagai khalifah Allah fi al-ardhi
Karena kemampuan yang bersifat alamiyah , manusia telah dijadikan
Allah sebagai khalifah Allah di bumi.
d.
Manusia
sebagai makhluk individu dan sosial
2.
Tujuan
Pendidikan Islam
a.
Tujuan
peningkatan pemikiran
b.
Tujuan
peningkatan kemasyarakatan
c.
Tujuan
dari segi rohaniah
3.
Kurikulum
Ada empat komponen utama dalam kurikulum, yaitu tujuan, materi,
metode, dan evaluasi. Dalm kitabnya muqaddimah, memang tidak membicarakan
tentang defenisi, komponen, atau karakteristik kurikulum secara sistematis.
Beliau juaga tidak menggunakan istilah kurikulum dalam kitab tersebut. Namun
Ibn Khaldun banyak berbicara tentang ilmu dan klasifikasinya. Untuk itu,
penulis mengelompokkan-nya dalam kurikulum.
Ibn Khaldun menguraikan tentang ilmu-ilmu yang tergolong ke dalam
‘ulum al-naqliyah, yaitu:
a.
Ilmu-ilmu
tafsir al-Qur’an dan Qiraat al-Quran
b.
Ilmu-ilmu
hadits
c.
Ilmu-ilmu
fiqh dan cabangnya
d.
Ilmu
faraidh
e.
Ilmu
ushul fiqh dan cabang-cabangnya
f.
Ilmu
kalam
g.
Ilmu
tasawuf
h.
Ilmu
ta’bir mimpi
Tentang al-Ulum
al-Aqliyah beliau kelompokkan ke dalam empat macam, yaitu:
a.
Ilmu
logika (mantiq)
b.
Ilmu
alam
c.
Ilmu
metafisika
d.
Ilmu
matematika
Dan tentang ilmu-ilmu yang berkaitan dengan bahasa arab
a.
Ilmu
nahwu
b.
Ilmu
sharaf
c.
Ilmu
bayan
d.
Ilmu
sastra (adab)
4.
Metode
Pendidikan
a.
Metode-metode
dalam mengajar
1)
Metode
hafalan
2)
Metode
dialog
3)
Metode
widya wisata
4)
Metode
keteladanan
5)
Metode
pengulangan (al-tikrar) dan bertahap (al-tadrij)
6)
Metode
belajar Al-Qur’an
b.
Prinsip-prinsip
dasar metode pengajaran
1)
Prinsip
kesesuaian psikologi perkembangan jiwa anak
2)
Prinsip
kesesuaian dengan bakat dan kecerdasan si anak
3)
Prinsip
kesesuaian dengan bidang ilmu yang akan diajarkan
4)
Prinsip
kesesuaian dengan lingkungan di mana ilmu tersebut akan disampaikan
5)
Prinsip
kesesuaian dengan tujuan dan cita-cita pendidikan yang akan dilaksanakan
6)
Prinsip
kesesuaian dengan sarana dan prasarana pengajaran yang tersedia
7)
Prinsip
kesesuaian dengan tingkat kecerdasan peserta didik, dan
8)
Prinsip
kesesuaian dengan kebutuhan masyarakat terhadap ilmu yang akan diajarkan
5.
Pendidik
dan Peserta Didik
a.
Pendidik
Beberapa
hal yang mesti diperhatikan pendidik berdasarkan pemikiran-pemikiran Ibn
Khaldun adalah,
1)
Seorang
guru mesti jadi teladan bagi anak didiknya
2)
Seorang
guru mesti menguasai metode yang relevan dalam mendidik anak didik
3)
Guru
mesti memiliki kompetensi di bidang keilmuannya
4)
Guru
diharapkan mendidik anak didiknya dengan penuh kasih sayang
5)
Guru
harus memperhatikan psikologi anak
6)
Hendaklah
guru memberikan motivasi kepada anak didiknya dalam menuntut ilmu
b.
Peserta
didik
1)
Hendaklah
memahami bahwa semua kemampuan yang ada pada dirinya ialah semata-mata anugerah
dari Allah
2)
Tidak
mengagung-agungkan logika
3)
Harus
mencapai tujuan pendidikan
4)
Jangan
ragu-ragu dalam mencari kebenaran
5)
Apabila
mengalami kesukaran, maka tinggalkanlah berpikir secara logik yang relatif itu
6.
Lingkungan
Pendidikan
Lingkungan
merupakan salah satu komponen penting dalam sistem pendidikan Islam. Oleh sebab
itu peran orang tua dan masyarakat sangat dibutuhkan di dalam pendidikan
tersebut.
BAB 4 RELEVANSI
PEMIKIRAN IBN KHALDUN TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA
1.
Relevansi
Hakikat Manusia
Beliau memandang manusia sebagai makhluk yang utuh, terdiri dari
dimensi jasad dan rohani (ruh, akal dan nafs), memiliki tugas sebagai khalifah
Allah fi al-ardh dan bertanggung jawab dalam membentuk masyarakat yang
berperadaban maju.
2.
Relevansi
Tujuan Pendidikan Islam
a.
Dari
segi struktur kepribadiannya, pendidikan Islam bertujuan untuk mengembangkan
potensi jasmani dan rohani manusia secara optimal.
b.
Dari
segi tabiatnya sebagai makhluk sosial, bertujuan untuk mendidik manusia agar
mampu hidup bermasyarakat dengan baik.
c.
Dari
segi fungsi dan perannya sebagai hamba Allah, pendidikan Islam bertujuan untuk
mendidik manusia agar mampu melakukan aktifitas yang bernilai ibadah sekaligus
mampu mengemban amanah.
3.
Relevansi
Kurikulum
Di
Indonesia juga di klasifikasikan ilmu itu ke dalam dua bentuk, yaitu ilmu agama
dan umum. Kedua bentuk ilmu ini menjadi bagian dalam kurikulum pendidikan Islam
di Indonesia.
4.
Relevansi
Metode Pendidikan
Metode
yang dikemukakan oleh Ibn Khaldun juga ada yang relevan dengan pelaksanaan
pendidikan Islam yang telah ada di Indonesia, seperti metode hafalan masih
digunakan untuk menghafal mufradat bahasa arab, qawa’id, dan ayat-ayat
al-Qur’an, atau dialog juga biasa digunakan ketika adanya mudzakarah dan
diskusi.
5.
Relevansi
Pendidik dan Peserta Didik
Konsep
yang beliau tawarkan tetap relevan untuk dikaji dan dikembangkan dalam
meningkatkan pendidikan Islam di Indonesia.
6.
Relevansi
Lingkungan Pendidikan
Orang
tua sebagai pemimpin keluarga dan termasuk dalam lingkungan pendidikan
informal, memiliki tanggung jawab dalam mendidik anak-anaknya. Meskipun anaknya
telah diamanahkan untuk dididik di sekolah, tetapi bukan berarti tanggung jawab
orang tua lepas begitu saja. Mesti ada koordinasi dan kerja sama yang baik
antara pihak sekolah dan orang tua.
Penilaian
terhadap buku
1.
Kelebihan
dari isi buku
Menurut saya buku ini sangat bagus isinya dan sangat mudah
dimengerti oleh pembacanya karena menggunakan bahasa yang jelas, tidak
bertele-tele, susunan poin-poinnya pun sesuai dengan yang diharapkan. Di
samping itu buku rujukannya pun sangat banyak, itu bisa diketahui dari daftar
pustakanya sebanyak 13 halaman.
2.
Kekurangan
Menurut saya kekurangan buku ini adalah tidak mencantumkan
footnote-nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar