Sabtu, 21 Juni 2014

Pemikiran Pendidikan Islam Ibn Khaldun


PROFIL IBN KHALDUN DAN KITAB MUQADDIMAHNYA
A.    Riwayat Hidup Ibn Khaldun
Nama lengkap beliau adalah Abdurrahman Abu Zaid Waliuddin bin Muhammad bin Muhammad bin Hasan bin Muhammad bin Jabir bin Muhammad bin Ibrahim bin Abdirrahman bin Khalid bin Utsman. Nama aslinya ialah Abdurrahman, dan nama keluarganya Abu Zaid, yang bergelar Waliuddin.
Ali Abdul Wahid Wafi’ membagi sejarah kehidupan beliau dalam empat fase, yaitu:
1.      Fase perkembangan dan menuntut ilmu (732-751 H / 1332-1350 M)
Beliau dilahirkan di Tunisia pada awal Ramadhan 732 H (27 Mei 1332 M). Rumahnya terletak di salah stu jalan protokol sebuah kota tua yang dikenal dengan nama Jalan Turbatul Bay. Ibnu Khaldun berasal dari keluarga yang terkemuka garis keturunan dari pihak ayahnya, kecuali ayahnya yang lebih intens di bidang pendidikan merupakan ahli dalam bidang politik. Oleh karena itu, guru pertama Ibn Khaldun adalah
ayahnya sendiri.
Ibn Khaldun mendapat pendidikan pertamanya dengan menghafal Al-Qur’an, belajar ilmu tajwidnya, memperdalam Qira’at Sab’ah dan Qira’at Y’qub. Ibn Khaldun juga belajar tentang dasar-dasar ilmu bahasa Arab, kesusastraan dan gramatika, lalu mendalami ilmu ushul fiqh dan fiqh dari Mazhab Maliki, kemudian Ilmu Tafsir dan Hadits serta mendalami filsafat dan logika (mantiq). Selain itu beliau juga memperoleh ilmu kalam dari mazhab al-‘Asy’ariyah.
Beliau mempunyai guru yang sangat banyak. Di antara yang mempunyai pengaruh besar dalam bidang keilmuan yang digelutinya, baik dari segi hukum, bahasa dan hikmah adalah Abu Muhaimin Ibn Abdul Muhaimin al-Hadhramy, yaitu imam para ahli hadits dan nahwu di Maroko dan Abu Abdillah Muhammad Ibn Ibrahim al-Abily.
2.      Fase politik dan kiprahnya dalam bidang pemerintahan di Maroko dan Andalusia (751-776 H/ 1351-1374 M)
Musibah wabah penyakit tha’un yang mengakibatkan kematian kedua orang tuanya telah memaksa Ibn Khaldun untuk bekerja dengan memilih terjun ke bidang politik dan pemerintahan, sebagaimana yang dilakukan oleh nenek moyangnya. Sejumlah jabatan penting pernah beliau duduki seperti menjadi sekretaris atau penulis cap kekuasaan. Tugas ini berlangsung pada tahun 751 H (1350 M), di bawah pemerintahan Sultan Fadl dengan perdana mentri Abu Muhammad Ibn Tafrakin dari Dinasti Hafsi di Mroko Bawah. Dan ketika beliau pindah ke Baskarah beliau mendapat kepercayaan penguasa ketka itu, yaitu Sultan Abu Anan, yang saat itu berada di Tilmisan sebagai ibukota Maroko Tengah.
3.      Fase menulis (776-784 H/ 1374-1382)
Ibn Khaldun diizinkan oleh Sultan Abu Hammu untuk tinggal di benteng Ibn Salamah guna berkonsentrasi membaca dan menulis. Beliau tinggal bersama keluarganya di tempat itu selama empat tahun. Di sinilah beliau mulai menulis tentang sejarah yang kemudian terkenal, yaitu Kitab al-‘Ibrar yang kemudian lebih dikenal dengan nama Kitab Ibn Khaldun. Tulisan ini berangkat dari penelitiannya terhadap perkembangan sosial yang dihadapi dan digelutinya beberapa tahun terakhir. Yaitu ketika beliau berumur sekitar 45 tahun.
4.      Fase tugasnya dalam bidang pengajaran dan pengadilan di Mesir (784-808/ 1382-1406 M)
Pada masa itu al-Azhar telah menjadi universitas terkemuka di Kairo. Ibn Khaldun mengadakan kuliah dalam bentuk halaqah yang boleh dihadiri oleh siapa saja. Di sini beliau memberikan kuliah dalam mata kuliah hadits, fikih Maliki, dan juga menerangkan teori-teori kemasyarakatan yang telah beliau tulis dam muqaddimahnya. Karena kecerdasan akal, kecemerlangan ide serta mampu beretorika dengan baik, banyak penyampaiannya mendapat hati dari pendengarnya termasuk ulama setempat. Di antara ulama yang berkumpul di Mesir tersebut, terdapat ulama besar terkenal, antara lain Ibn Hajar Al-Atsqalani dan Tqiyuddin al-Maqrizi.
Pada tanggal 25 Muharram 786 H, Ibn Khaldun ditunjuk oleh Raja al-Dzariq al-Barquq untuk menjadi dosen dalam ilmu Fiqkih Maliki di Madrasah al-Qamhiyah.
Pada tanggal 19 Jumadil Awal 786 H, beliau diangkat menjadi hakim oleh Sultan sebagai ganti dari Jamaluddin Abdurrahman bin Sulaiman bin Khair al-Maliki. Ibn khaldun pun menunjukkan reputasinya yang gemilang dengan bertindak tegas dan berani dalam mengambil keputusan. Setelah setahun menjabat beliau berhenti karena musibah yang menimpa keluarganya. Tapi pada pertengahan kedua tahun 801 H, Ibn Khaldun dipilih kembali menjadi Ketua Pengadilan Malikiah, setelah 14 tahun absen. Meskipun pada tahun itu Sultan Barquq wafat, tetapi putranya an-Nashir Faraj tetap mengangkat Ibn Khaldun sebagai Hakim.
  
B.     Setting Sosial Masyarakat
Ibn Khaldun diceritakan sempat berdiplomasi dengan Timur Lenk secara langsung di luar dinding kota Damaskus pada tahun 1401. Beliau mampu mewarnai perkembangan intelektual Muslim yang tidak tertandingi di masanya.
C.     Karya Intelektual Ibn Khaldun
Karya beliau adalah al-‘Ibar yang beliau tulis selama empat tahun, yaitu dari akhir 776 H hingga selesai akhir 780 H. Kitab ini terdiri atas tujuh jilid, jilid pertama dikenal dengan nama jitab Muqaddimah yang berisikan pembahasan tentang gejala-gejala sosial. Sedangkan enam jilid lainnya berisi tentang sejarah dan alam semesta.
Selain itu beliau juga memiliki karya yang lain, diantaranya:
1.      At-Ta’rif bi Ibn Khaldun wa Rihlatuhu Gharban wa Syarqan
2.      Aya Shopia dan Ahmad al-Tsalits
D.    Kandungan Kitab Muqaddimah
Dalam Bab Pertama, beliau membahas tentang masyarakat manusia pada umumnya, bab ini meliputi enam prolog. Bab kedua membahas tentang masyarakat pengembara, suku yangberpindah-pindah (Badui), dan golongan manusia luar serta kondisi-kondisi kehidupan mereka, lalu beberapa keterangan dasar dan kata pengantar. Bab ketiga, merupakan kelanjutan dari bab sebelumnyayang membahas mengenai negara-negara secara umum. Bab keempat, memaparkan tentang pertumbuhan kota, desa dan tempat-tempat berkumpul manusia. Bab kelima, membicarakan tentang penghidupandengan segala seginya, mata pencahariannya, produksi, serta yangberhubungan dengannya. Sedangkan pada Bab keenam membicarakan berbagai cabang ilmu pengetahuan.

BAB 3 PEMIKIRAN IBN KHALDUN TENTANG PENDIDIKAN ISLAM
Pokok-pokok Pikiran Ibn Khaldun tentang Pendidikan Islam dalam Muqaddimah
1.      Hakikat Manusia
a.       Manusia sebagai makhluk berpikir
Ada tiga tingkatan berjenjang yang distingtif dalam proses brfikir, yaitu:
1)      Al-‘Aql al-tamyiziy (akal pemilah)
2)      Al-‘Aql al-tajribiy (akal eksperimental)
3)      Al-‘Aql al-nazhariy (akal kritis/ spekulatif)
b.      Manusia sebagai makhluk berkepribadian utuh ditempuh melalui tiga pendekatan, yaitu:
1)      Kondisi jasad
2)      Kondisi jiwa
3)      Kondisi keduanya
c.       Manusia sebagai khalifah Allah fi al-ardhi
Karena kemampuan yang bersifat alamiyah , manusia telah dijadikan Allah sebagai khalifah Allah di bumi.
d.      Manusia sebagai makhluk individu dan sosial
2.      Tujuan Pendidikan Islam
a.       Tujuan peningkatan pemikiran
b.      Tujuan peningkatan kemasyarakatan
c.       Tujuan dari segi rohaniah
3.      Kurikulum
Ada empat komponen utama dalam kurikulum, yaitu tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Dalm kitabnya muqaddimah, memang tidak membicarakan tentang defenisi, komponen, atau karakteristik kurikulum secara sistematis. Beliau juaga tidak menggunakan istilah kurikulum dalam kitab tersebut. Namun Ibn Khaldun banyak berbicara tentang ilmu dan klasifikasinya. Untuk itu, penulis mengelompokkan-nya dalam kurikulum.
Ibn Khaldun menguraikan tentang ilmu-ilmu yang tergolong ke dalam ‘ulum al-naqliyah, yaitu:
a.       Ilmu-ilmu tafsir al-Qur’an dan Qiraat al-Quran
b.      Ilmu-ilmu hadits
c.       Ilmu-ilmu fiqh dan cabangnya
d.      Ilmu faraidh
e.       Ilmu ushul fiqh dan cabang-cabangnya
f.       Ilmu kalam
g.      Ilmu tasawuf
h.      Ilmu ta’bir mimpi
Tentang al-Ulum al-Aqliyah beliau kelompokkan ke dalam empat macam, yaitu:
a.       Ilmu logika (mantiq)
b.      Ilmu alam
c.       Ilmu metafisika
d.      Ilmu matematika
Dan tentang ilmu-ilmu yang berkaitan dengan bahasa arab
a.       Ilmu nahwu
b.      Ilmu sharaf
c.       Ilmu bayan
d.      Ilmu sastra (adab)
4.      Metode Pendidikan
a.       Metode-metode dalam mengajar
1)   Metode hafalan
2)   Metode dialog
3)   Metode widya wisata
4)   Metode keteladanan
5)   Metode pengulangan (al-tikrar) dan bertahap (al-tadrij)
6)   Metode belajar Al-Qur’an
b.      Prinsip-prinsip dasar metode pengajaran
1)      Prinsip kesesuaian psikologi perkembangan jiwa anak
2)      Prinsip kesesuaian dengan bakat dan kecerdasan si anak
3)      Prinsip kesesuaian dengan bidang ilmu yang akan diajarkan
4)      Prinsip kesesuaian dengan lingkungan di mana ilmu tersebut akan disampaikan
5)      Prinsip kesesuaian dengan tujuan dan cita-cita pendidikan yang akan dilaksanakan
6)      Prinsip kesesuaian dengan sarana dan prasarana pengajaran yang tersedia
7)      Prinsip kesesuaian dengan tingkat kecerdasan peserta didik, dan
8)      Prinsip kesesuaian dengan kebutuhan masyarakat terhadap ilmu yang akan diajarkan
5.      Pendidik dan Peserta Didik
a.       Pendidik
Beberapa hal yang mesti diperhatikan pendidik berdasarkan pemikiran-pemikiran Ibn Khaldun adalah,
1)      Seorang guru mesti jadi teladan bagi anak didiknya
2)      Seorang guru mesti menguasai metode yang relevan dalam mendidik anak didik
3)      Guru mesti memiliki kompetensi di bidang keilmuannya
4)      Guru diharapkan mendidik anak didiknya dengan penuh kasih sayang
5)      Guru harus memperhatikan psikologi anak
6)      Hendaklah guru memberikan motivasi kepada anak didiknya dalam menuntut ilmu
b.      Peserta didik
1)      Hendaklah memahami bahwa semua kemampuan yang ada pada dirinya ialah semata-mata anugerah dari Allah
2)      Tidak mengagung-agungkan logika
3)      Harus mencapai tujuan pendidikan
4)      Jangan ragu-ragu dalam mencari kebenaran
5)      Apabila mengalami kesukaran, maka tinggalkanlah berpikir secara logik yang relatif itu
6.      Lingkungan Pendidikan
Lingkungan merupakan salah satu komponen penting dalam sistem pendidikan Islam. Oleh sebab itu peran orang tua dan masyarakat sangat dibutuhkan di dalam pendidikan tersebut.
BAB 4 RELEVANSI PEMIKIRAN IBN KHALDUN TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA
1.      Relevansi Hakikat Manusia
Beliau memandang manusia sebagai makhluk yang utuh, terdiri dari dimensi jasad dan rohani (ruh, akal dan nafs), memiliki tugas sebagai khalifah Allah fi al-ardh dan bertanggung jawab dalam membentuk masyarakat yang berperadaban maju.
2.      Relevansi Tujuan Pendidikan Islam
a.       Dari segi struktur kepribadiannya, pendidikan Islam bertujuan untuk mengembangkan potensi jasmani dan rohani manusia secara optimal.
b.      Dari segi tabiatnya sebagai makhluk sosial, bertujuan untuk mendidik manusia agar mampu hidup bermasyarakat dengan baik.
c.       Dari segi fungsi dan perannya sebagai hamba Allah, pendidikan Islam bertujuan untuk mendidik manusia agar mampu melakukan aktifitas yang bernilai ibadah sekaligus mampu mengemban amanah.
3.      Relevansi Kurikulum
Di Indonesia juga di klasifikasikan ilmu itu ke dalam dua bentuk, yaitu ilmu agama dan umum. Kedua bentuk ilmu ini menjadi bagian dalam kurikulum pendidikan Islam di Indonesia.
4.      Relevansi Metode Pendidikan
Metode yang dikemukakan oleh Ibn Khaldun juga ada yang relevan dengan pelaksanaan pendidikan Islam yang telah ada di Indonesia, seperti metode hafalan masih digunakan untuk menghafal mufradat bahasa arab, qawa’id, dan ayat-ayat al-Qur’an, atau dialog juga biasa digunakan ketika adanya mudzakarah dan diskusi.
5.      Relevansi Pendidik dan Peserta Didik
Konsep yang beliau tawarkan tetap relevan untuk dikaji dan dikembangkan dalam meningkatkan pendidikan Islam di Indonesia.
6.      Relevansi Lingkungan Pendidikan
Orang tua sebagai pemimpin keluarga dan termasuk dalam lingkungan pendidikan informal, memiliki tanggung jawab dalam mendidik anak-anaknya. Meskipun anaknya telah diamanahkan untuk dididik di sekolah, tetapi bukan berarti tanggung jawab orang tua lepas begitu saja. Mesti ada koordinasi dan kerja sama yang baik antara pihak sekolah dan orang tua.









Penilaian terhadap buku
1.      Kelebihan dari isi buku
Menurut saya buku ini sangat bagus isinya dan sangat mudah dimengerti oleh pembacanya karena menggunakan bahasa yang jelas, tidak bertele-tele, susunan poin-poinnya pun sesuai dengan yang diharapkan. Di samping itu buku rujukannya pun sangat banyak, itu bisa diketahui dari daftar pustakanya sebanyak 13 halaman.
2.      Kekurangan
Menurut saya kekurangan buku ini adalah tidak mencantumkan footnote-nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar