Makalah Hakikat Agama
BAB I
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau
prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama
lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan
kepercayaan tersebut.
Kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta āgama yang
berarti "tradisi". Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini
adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata
kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan bereligi,
seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.
Sedangkan kaum agamawan berpendapat bahwa agama diturunkan TUHAN
Allah kepada manusia. Artinya, agama berasal dari Allah. Ia menurunkan agama
agar manusia menyembah-Nya dengan baik dan benar; ada juga yang berpendapat
bahwa agama adalah tindakan manusia untuk menyembah TUHAN Allah yang telah
mengasihinya. Dan masih banyak lagi pandangan tentang agama, misalnya:
1. Agama ialah [sikon
manusia yang] percaya adanya TUHAN, dewa, Ilahi; dan manusia yang percaya
tersebut, menyembah serta berbhakti kepada-Nya, serta melaksanakan berbagai
macam atau bentuk kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut
2. Agama adalah
cara-cara penyembahan yang dilakukan manusia terhadap sesuatu Yang Dipercayai
berkuasa terhadap hidup dan kehidupan serta alam semesta; cara-cara tersebut
bervariasi sesuai dengan sikon hidup dan kehidupan masyarakat yang menganutnya
atau penganutnya
3. Agama ialah percaya
adanya TUHAN Yang Maha Esa dan hukum-hukum-Nya. Hukum-hukum TUHAN tersebut
diwahyukan kepada manusia melalui utusan-utusan-Nya; utusan-utusan itu adalah
orang-orang yang dipilih secara khusus oleh TUHAN sebagai pembawa agama. Agama
dan semua peraturan serta hukum-hukum keagamaan diturunkan TUHAN [kepada
manusia] untuk kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat
Jadi, secara umum, agama adalah upaya manusia untuk mengenal dan
menyembah Ilahi [yang dipercayai dapat memberi keselamatan serta kesejahteraan
hidup dan kehidupan kepada manusia] upaya tersebut dilakukan dengan berbagai
ritus [secara pribadi dan bersama] yang ditujukan kepada Ilahi.
Secara khusus, agama adalah tanggapan manusia terhadap penyataan
TUHAN Allah. Dalam keterbatasannya, manusia tidak mampu mengenal TUHAN Allah,
maka Ia menyatakan Diri-Nya dengan berbagai cara agar mereka mengenal dan
menyembah-Nya. Jadi, agama datang dari manusia, bukan TUHAN Allah. Makna yang
khusus inilah yang merupakan pemahaman iman Kristen mengenai Agama.
2.2 Pembahasan Masalah
1. Pengertian Agama
Pengertian agama islam dapat kita lihat melalui dua aspek yaitu
aspek kebahasaan dan peristilahan. Dari segi kebahasaan islam bersal dari
bahasa Arab yaitu dari kata salima yaitu selamat, sentosa dan damai.
Dari kata salima selanjutnya dilanjutkan ke kata aslama yang
berarti berserah diri masuk dalam kedamaian. Oleh sebab itu orang yang berserah
diri, patuh dan taat kepada ALLAH adalah orang muslim.
Dari uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa kata Islam
dari segi kebahasaan mengandung arti patuh, tunduk, dan taat dan berserah diri
kepada ALLAH S.W.T dalam mencari keselamatan hidup di dunia maupun di akhirat.
Adapun dari segi istilah banyak para ahli yang mengatakan salah satunya
Prof. Dr. Harun Nasution. Ia mengatakan bahwa islam menurut istilah ( islam
sebagai agama ) adalah agama yang ajaran- ajarannya diwahyukan Tuhan kepada
masyarakat manusia melalui nabi Muhammad S.A.W sebagai rasul. Islam pada
hakikatnya mengajarkan banyak aspek bukan hanya dari satu aspek saja. Sementara
Maulana Muhammad Ali mengatakan bahwa agama islam adalah agama perdamaian dua
ajaran pokoknya yaitu Keesaan ALLAH dan kesatuan dan persatuan umat manusia
yang menjadi bukti bahwa agama islam selaras dengan namanya.
2. Unsur- unsur dalam
agama
Setiap agama pada dasarnya terdiri dari empat unsur, yaitu:
1. Ajaran (= teori;
konsep) sebagai sisi gaib
2. Iman sebagai
interaksi antara pelaku dan konsep,
3. Ritus (= upacara)
sebagai sistem lambang, dan
4. Praktik ( = amal)
sebagai perwujudan konsep dalam segala segi kehidupan individu dan masyarakat.
Dalam dïnul-islãm (‘agama Islam’) keempat unsur itu terungkap
melalui Hadis Jibril, yang mencakup butir-butir di bawah ini.
1. Ajaran Allah sebagai
konsep hidup
Dalam dialog tentang iman, Rasulullah menegaskan tentang masalah
terpenting dari dïnul-islãm, yaitu adanya interaksi antara seorang mu’min
dengan ajaran Allah, yang disampaikan (diajarkan) melalui malaikat-malaikatNya,
dalam bentuk kitab-kitab, yang diterima rasul-rasulNya, untuk mencapai tujuan
akhir (kehidupan yang baik di dunia dan akhirat), dengan menjadikan ajaran
Allah sebagai qadar (ukuran; standard; teori nilai) baik-buruk menurutNya.
Ajaran Allah yang dimaksud adalah Al-Qurãn. Al-Qurãn sebagai qadr
atau taqdïr adalah sisi gaib (abstract level) dari dïnul-islãm, yang merupakan
“teori nilai” untuk menentukan baik buruknya segala sesuatu menurut pandangan
Allah.
2. Îmãn sebagai interaksi
Iman pada hakikatnya adalah interaksi (aksi timbal balik) antara
Allah sebagai pemberi konsep hidup dengan si mu’min yang menyambut da’wah
(ajakan; tawaran) Allah melalui rasulNya. Selanjutnya, interaksi itu
berlangsung intensif melalui penghayatan
si mu’min terhadap Al-Qurãn, sehingga Al-Qurãn menjadi satu-satunya konsep
hidup yang tumbuh subur dalam ‘organ kesadaran’ (al-qalbu) si mu’min, yang
selanjut meledak dan membanjir keluar melalui indra pengucapan (al-lisãnu), dan
akhirnya menjelma menjadi berbagai bentuk tindakan dan kretifitas (al-‘amalu).
Tepat seperti dinyatakan Rasulullah, misalnya dalam hadis riwayat Ibnu
Majah: الإيمانعقدبالفلبوإقرارباللسانوعملبالأركان .
3. Ritus sebagai sistem lambang
Dalam dïnul-islãm ada sejumlah ritus yang dalam Hadis Jibril
disebut dengan nama Al-Islãm pula, yaitu:
1. Syahãdah sebagai
sumpah setia (bay’ah). Pada masa Rasulullah jelas bahwa syahadat (syahãdah)
adalah sebuah ‘upacara’ (ritus) untuk menyatakan sumpah setia seseorang
terhadap dïnul-islãm, alias untuk meresmikan rekrutmen seseorang atau sejumlah
orang sebagai anggota bun-yãnul-islãm (organisasi Islam).
2. Shalat sebaga sarana
pembatinan nilai-nilai Al-Qurãn, sekaligus pembinaan jama’ah/korp Islam.
Orang-orang yang menyatakan diri (bersyahadat) sebagai anggota organisasi Islam
tentu harus memahami dan menghayati konsep organisasinya, yakni Al-Qurãn. Hal
itu dilakukan melalui shalat, yang bacaan pokoknya adalah surat Al-Fãtihah
(ummul-qurãn) ditambah dengan surat-surat lain yang terus dipelajarinya. Selain
itu, melalui shalat jama’ah, mereka juga belajar untuk membangun sebuah jama’ah
atau korp yang rapi dan kompak.
3. Zakat sebagai sistem
ekonomi. Zakat, mulai dari zakat harta sampai zakat fitrah, pada hakikatnya
melambangkan kesediaan setiap mu’min yang mampu untuk mendanai organisasi dan
memperkuat jama’ah. Lebih lanjut, setelah organisasi menjelma menjadi sebuah
sistem yang dipercaya untuk menata kehidupan umat (jama’ah mu’min plus
komunitas-komunitas lain, seperti terlihat pada Piagam Madinah), maka zakat itu
pun dikembangkan menjadi sistem ekonomi masyarakat secara umum.
4. Shaum Ramadhan
sebagai pembina ketahanan mental dan fisik dalam menerapkan nilai-nilai
Al-Qurãn. Seluruh anggota organisasi jelas membutuhkan pembinaan mental dan
fisik, supaya menjadi anggota-anggota yang militan dan tangguh. Shaum Ramadhan
adalah sarana yang tepat untuk itu.
5. Haji sebagai sarana
pemersatu umat Islam sedunia. Ibadah haji merupakan ritus yang paling istimewa
di antara kelima ritus dalam dïnul-islãm. Melalui hajilah umat Islam sedunia
berkumpul, menjalin persahabatan, persaudaraan, dan persatuan berdasar kesamaan
iman.
4. Praktik sebagai perwujudan konsep
Dïnul-islãm pada dasarnya adalah agama yang berorientasi pada
praktik (amal). Tapi supaya praktiknya tidak dilakukan sembarangan, Allah
menempatkan rasulNya sebagai tokoh sentral untuk memimpin dan memberikan contoh
penerapan setiap aspek ajaran Islam, mulai dari yang bersifat individu sampai
pada yang bersifat kemasyarakatan. Tegasnya, pribadi Rasulullah adalah contoh
sempurna dari individu mu’min, dan masyarakat yang dibangun beliau bersama
jama’ahnya juga, otomatis, merupakan bentuk masyarakat yang ideal. Sebuah
masyarakat yang mewakili Al-Qurãn sebagai konsepnya.
5. Ihsãn sebagai sistem
kendali
Seperti ditegaskan Rasulullah dalam Hadis riwayat Muslim, bahwa
Allah menentukan al-ihsãn(u) pada setiap urusan, sampai pada urusan menyembelih
hewan, maka bisa disimpulkan bahwa ihsan adalah sistem kendali (kontrol) atas
setiap pelaksanaan ajaran Allah.
Dengan demikian, harfiah, ihsan bisa diterjemahkan sebagai
“kecermatan, ketelitian, dan keseksamaan dalam melaksanakan ajaran Allah”.
Bagi kita sekarang, sikap ihsan harus diterapkan pertama-tama dalam
konteks studi ajaran Allah itu sendiri, yang mencakup musshaf Al-Qurãn,
kitab-kitab Hadits, plus buku-buku sejarah, dan lain-lain yang berkaitan. Studi
ini harus mengarah pada “ditemukannya makna Al-Qurãn yang utuh dan murni”,
yaitu suatu makna yang mampu merekonstruksi pribadi-pribadi (tokoh-tokoh),
jama’ah, dan umat yang dulu dibangun Rasulullah bersama para sahabat beliau.
Suatu makna yang pertama-tama, mampu menegaskan bahwa persatuan para mu’min
adalah mutlak wajib, dan perpecahan mereka adalah mutlak haram.
6. Sã’ah sebagai peluang
da’wah
Harfiah, sã’ah berarti waktu, tapi waktu di sini bukanlah sembarang
waktu. Dalam konteks Nabi Muhammad pada masanya, sã’ah yang dimaksud
adalah waktu yang dibentangkan Allah
sebagai wilayah da’wah hingga mencapai hasil. Tepatnya, waktu yang dimaksud
adalah 13 tahun dalam Periode Makkah, dan 10 tahun dalam Periode Madinah. Yang
pertama (Periode Makkah) merupakan masa perjuangan untuk memperkenalkan konsep
Allah dan membangun jama’ah. Yang kedua (Periode Madinah) adalah masa
pembangunan konsep Allah itu menjadi sebuah sistem pemerintahan.
Tanda-tanda sã’ah sebagai gambaran tujuan
Melalui Hadis Jibril kita mendapat gambaran bahwa tujuan penegakan
ajaran Allah pada dasarnya adalah demi mencapai target-target:
1. Lenyapnya
diskriminasi kelas dan gender, yang merupakan produk feodalisme dan antek-anteknya,
dan
2. Lenyapnya kemiskinan
struktural, yang merupakan produk kapitalisme dan antek-anteknya.
Feodalisme dan kapitalisme adalah musuh Al-Qurãn pada masa
Rasulullah, dan juga pada masa sekarang.
3. Klasifikasi Agama dan
Agama Islam
Ditinjau dari sumbernya, agama dibagi 2 yaitu:
1. Agama wahyu (revealed
religion) disebut juga dengan agama langit yang artinya agama yang diterima
oleh manusia dari Allah Sang Pencipta melalui malaikat jibril dan disampaikan
serta disebarkan oleh Rasul-Nya kepada umat manusia.
Ciri-cirinya adalah:
a. Secara pasti dapat ditentukan lahirnya, dan bukan tumbuh dari
masyarakat, melainkan diturunkan kepada masyarakat.
b. Disampaikan oleh manusia yang dipilih Allah sebagai utusan-Nya
c. Memiliki kitab suci yang bersih dari campur tangan manusia
d. Ajarannya serba tetap, walaupun tafsirnya dapat berubah sesuai
dengan kecerdasan dan kepekaan manusia
e. Konsep ketuhanannya monotheisme mutlak (tauhid)
f. Kebenarannya adalah
universal yaitu berlaku bagi setiap manusia, masa dan keadaan.
Yang termasuk dalam kelompok
agama wahyu adalah sebagai berikut :
1. Agama Islam dengan kitab sucinya Alquran yang diturunkan Allah
kepada Nabi Muhammad SAW, melalui malaikat Jibril, untuk seluruh manusia dan
semesta alam.
2. Agama Kristen (nasrani) dengan kitab sucinya “Injil” diturunkan
Allah kepada Isa AS, melalui malaikat Jibril kepada untuk Kaum Bani Israil.
3. Agama Yahudi, dengan kitab sucinya “Taurat” diturunkan kepada
nabi Musa AS, melalui malaikat Jibril untuk kaum Bani Israil.
2. Agama budaya (cultural religion) disebut juga dengan agama bumi
yang artinya bersandar semata-mata kepada ajaran seorang manusia yang dianggap
memiliki pengetahuan tentang kehidupan dalam berbagai aspeknya secara mendalam.
Ciri-cirinya adalah:
a. Tumbuh secara
komulatif dalam masyarakat penganutnya
b. Tidak disampaikan
oleh utusan Tuhan (Rasul)
c. Umumnya tidak
memiliki kitab suci
d. Ajarannya dapat
berubah-ubah, sesuai dengan perubahan akal pikiran penganutnya
e. Konsep ketuhanannya: dinamisme, animisme,
politheisme, dan paling tinggi adalah onotheisme nisbi
f. Kebenaran
ajarannya tidak universal, yaitu tidak berlaku bagi setiap manusia, masa dan
keadaan.
Yang termasuk agama non wahyu yaitu Zoroasterianisme,
Konfusionisme, Thaoisme, Shintoisme, Budhisme.
Perbedaan ke2 agama ini dikemukakan Al Masdoosi dalam Living
Religious of the World sebagai berikut:
1. Agama wahyu berpokok
pada konsep keesaan Tuhan, sedangkan agama budaya tidak demikian
2. Agama wahyu beriman kepada Nabi, sedangkan
agama budaya tidak
3. Agama wahyu sumber
utamanya adalah kitab suci yang diwahyukan, sedangkan
agama budaya kitab
suci tidak penting
4. Semua agama wahyu
lahir di Timur Tengah, sedangkan agama budaya lahir di luar itu
5. Agama wahyu lahir di
daerah-daerah yang berada di bawah pengaruh ras simetik
6. Agama wahyu
memberikan arah yang jelas dan lengkap baik spiritual maupun material,
sedangkan agama budaya lebih menitik beratkan aspek spiritual saja.
7. Ajaran agama wahyu
jelas dan tegas, sedangkan agama budaya kabur dan elastis.
4. Islam rahmatan
lil’alamin
Pengertian
rahmatan. Kata ‘rahmatan” kata bahas Arab yaitu “rohima” yang didasarkan
menjadi “ rahmatan’ yang artinya kasih sayang.
Pengertian lil’alamin. Kata “Al-alamin” adalah kata bahasa Arab yaitu
“alam” yang dijama’kan menjadi “alamin” yang artinya alam semesta yang mencakup
bumi beserta isinya.
Maka yang dimaksud dengan
islam rahmatan lil’alamin adalah islam yang kehadirannya ditengah kehidupan
masyarakat mampu mewujudkan kedamaian dan kasih sayang bagi manusia maupun
alam.
Keadaan Bumi Sebelum Islam
Islam merupakan agama yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW
yaitu pada saat Rasulullah SAW berumur 14 tahun. Keadaan bumi sebelum masuknya
Islam merupakan keadaan yang amat buruk dan menggenaskan dimana sebagian dari
manusia ada menyembah pohon, batu, patung (berhala), matahari, bulan dan
bintang, bahkan ada yang menyembah sesama manusia yang mana kesemuanya itu
adalah ciptaan Allah SWT. Manusia yang hidup dimasa itu tidak lagi mempunyai
rasa kemanusiaan dan keadilan. Yang kuat akan semakin berdiri tegak dan
ditakuti, sedangkan yang lemah akan semakin tertindas.
Kebiasaan-kebiasaan manusia pada saat itu tidak lagi mencerminkan
manusia yang mempunyai akal seperti yang telah diberikan Allah SWT untuk
berfikir dan merenungkan karunia dan ni’mat Allah SWT melainkan akal mereka
telah ditundukkan oleh hawa nafsu. Kezaliman terjadi dimana-mana. Bahkan mereka
tega untuk mengubur hidup-hidup anak perempuan yang baru saja dilahirkan oleh
ibunya. Karena mereka menganggap anak perempuan itu adalah aib bagi mereka.
Islam Dibawa Oleh Nabi Muhammad
Muhammad SAW lahir di Makkah pada tahun 570 M. Karna ayahnya meninggal sebelum ia
dilahirkan dan ibunya meninggal dalam waktu yang tidak lama setelah ayahnya,
maka ia di besarkan oleh pamannya yang berasal dari suku Quraisy yang terhormat. la, besar dalam, keadaan buta
huruf, tidak dapat membaca dan menulis sampai ia wafat. Masyarakatnya, sebelum ia mendapatkan risalah
kenabian, adalah masyarakat yang tidak memperdulikan pengetahuan dan kebanyakan
dari mereka, adalah buta huruf. Ketika ia menginjak, dewasa, ia dikenal sebagai
orang yang berkata benar, jujur, dapat dipercaya, dermawan dan berhati mulia.
Dia sangat dapat dipercaya sehingga ia mendapat julukan al-amin (orang yang
dapat dipercaya). Muhammad SAW adalah orang yang taat beragama. Dan ia sangat
membenci kerusakan moral dan penyembahan berhala yang dilakukan masyarakatnya.
Pada umur 40 tahun, Muhammad SAW menerima Wahyu yang pertama, dari
Allah SWT dengan perantaraan, malaikat Jibril. Wahyu-wahyu itu turun selama 23
tahun, dan kurnpulan wahyu itu disebut Al-Qur'an.
Tidak lama setelah ia mulai membacakan Al-Qur'an dan menyebarkan
kebenaran yang telah di turunkan Allah SWT kepadanya, ia dan sekelompok kecil
sahabat meadapatkan siksaan dari orang-orang kafir. Karena siksaan itu semakin
bertambah hebat maka pada tahun 622M Allah SWT memerintahkan mereka untuk
berhijrah. Dari Makkah ke kota Madinah yang berjarak 260 mil utara. Yang
menjadi tanda di mulainya permulaan, kalender bagi umat Islam.
Setelah beberapa tahun, Muhammad SAW dan para sahabatnya dapat
kembali ke Makkah, dimana mereka memberi maaf pada musuh-musuhnya. Sebelum
Muhammad SAW wafat pada umur 63 tahun, sebagian besar orang-orang sememjung
Arab telah memeluk agarna Islam dan pada
abad kemangkatannya, Islam telah tersebar ke Spayol dibagian barat dan timur
sampai ke Cina. diantara faktor-faktor yang menjadikan Islam berkembang dengan
cepat dan damai adalah karena kebenaran dan kejelasan. Islam hanya mengajak
beriman kepada Allah SWT Yang Maha Esa Dialah Tuhan Yang Patut di Sembah.
Islam Agama Rahmatan
Lil’alamin
Hadirnya Islam di dunia membuat perubahan besar dalam kehidupan
manusia, terutama dalam pengembangan i1mu. pengetahuan. Karma Islam
memerintalikan untuk menggunakan kekuatan intelegasinya dan obsesinya, dalam
beberapa tahun penyebaran agama Islam peradaban dan universitas-universitas
berkembang dengan pesat, Serta pemikiran yang baru dengan yang lama
menghasilkan kemajuan dalam bidang medis, matematika, fisika, astronomi,
geografi, arstektur, seni sastra dan sejarah. Banyak system yang krusial
seperti Aljabar, Angka Arab, dan konsep angka nol (bilangan yang amat dipadukan
dalam kemajuan ilmu eksakta) yang disebarkan ke Eropa pada abad pertengahan
berasal dan duma Islam. Peralatan-peralatan yang canggih memungkinkan
orang-orang Eropa melakukan perjalanan untuk penemuan seperti astrolabe,
kuadran, pets navigasi yang " juga dikembangkan oleh umat Islam. Itulah
sebabnya Islam disebut agama yang rahmat dan al'amin karena Islam hadir ke
dunia mambawa karma yang amat berarti bagi manusia bukan saja umat Muslim tapi
seluruh ciptaan Allah SWT di jagad raya termasuk non mislim.
Banyak sekali sumbangan Islam terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan di bumi, beberapa diantaranya :
Rahmat adalah karunia yang dalam ajaran agama terbagi dua. Rahmat
dalam konteks rahman dan rahmat dalam konteks rahim. Rahmat dalam konteks rahman
adalah bersifat amma kulla syai’ meliputi segala hal, sehingga orang-orang non
Muslim mempunyai hak kerahmanan. Rahim adalah kerahmatan Allah yang hanya
diberikan kepada orang islam. Jadi rahim
itu adalah Khoshshun lil Muslim. Apabila islam dilakukan secara benar, rahman
dan rahim allah akan turun semuanya.
Dengan demikian berlaku hukum Sunnatullah. Baik muslim maupun non
muslim kalau mereka melakukan hal-hal yang diperlukan kerahmanan, maka mereka
akan mendapatkan hasilnya. Kendati mereka muslim tetapi mereka tidak melakukan
iktiar kerahmanan, maka mereka tidak akan mendapatkan hasilnya. Dengan kata
lain, karunia rahman itu berlaku hukum kompetitif. Misalnya orang islam tidak
melakukan kegiatan belajar maka tidak bisa dan tidak akan menjadi pintar. Sementara
orang yang melakukan ikhtiar kerahmanan meski dia non muslim mereka akan
mendapatkan pengetahuan.
BAB II
PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
Selama 15 abad-Islam di muka bumi ini, implementasi rahmat bagi
semesta alam sudah meluas hampir ke berbagai belahan dunia. Secara etimologis,
Islam berarti damai, sedangkan rahmatan lil `alamin berarti `kasih sayang bagi
semesta alam'. Maka yang dimaksud dengan Islam Rahmatan lil'alamin adalah Islam
yang kehadirannya di tengah kehidupan masyarakat mampu mewujudkan kedamaian dan
kasih sayang bagi manusia maupun alam.
Rahmatan lil'alamin adalah istilah qurani dan istilah itu sudah
terdapat dalam Alquran, yaitu sebagaimana firman Allah dalam Surat Al- Anbiya'
ayat 107:
Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat
bagi semesta alam.
Ayat tersebut menegaskan bahwa kalau Islam dilakukan secara benar,
dengan sendirinya akan mendatangkan rahmat untuk orang Islam maupun untuk
seluruh alam.
3.2 Saran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar